Norwegia, dengan Dana Kekayaan Negara (SWF) terbesar di dunia live casino senilai $1,8 triliun, menghadapi tekanan untuk meningkatkan dukungan finansialnya kepada Ukraina yang tengah berperang melawan invasi Rusia. Para ekonom dan politisi mendesak pemerintah Norwegia untuk memanfaatkan dana minyaknya guna memberikan bantuan yang lebih signifikan kepada Ukraina, terutama mengingat ketidakpastian dukungan dari Amerika Serikat dan kontribusi yang lebih besar dari negara-negara Nordik lainnya.
Tradisi fiskal Norwegia membatasi penggunaan dana minyak hingga 3% per tahun untuk membiayai negara kesejahteraan dan anggaran nasional. Namun, situasi global saat ini mendorong seruan untuk melampaui batas tersebut demi mendukung Ukraina. Perdana Menteri Jonas Gahr Støre telah mengusulkan peningkatan bantuan finansial dan pengeluaran pertahanan, dengan alasan bahwa ketidakpastian global menuntut tindakan yang lebih proaktif.
Norwegia telah mendapat keuntungan finansial dari lonjakan harga energi akibat konflik di Ukraina, dengan pendapatan gas yang meningkat tajam. Meskipun demikian, kontribusi Norwegia kepada Ukraina, yang mencapai 0,7% dari PDB, masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Nordik dan Baltik lainnya. Para ekonom berpendapat bahwa Norwegia memiliki kapasitas untuk memberikan lebih banyak bantuan, baik untuk pertahanan maupun rekonstruksi Ukraina, mengingat surplus pendapatan dari sektor energi.
Pada tahun 2023, Norwegia mengalokasikan $140 juta untuk memperbaiki infrastruktur energi Ukraina yang rusak akibat perang. Dana ini disalurkan melalui Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) dan ditujukan untuk perbaikan infrastruktur listrik serta pembelian gas untuk penyimpanan darurat.
Selain itu, pemerintah Norwegia telah berkomitmen untuk memberikan $7,3 miliar kepada Ukraina sebagai bagian dari paket bantuan lima tahun. Bantuan ini mencakup dukungan militer dan kemanusiaan, dengan tujuan menunjukkan solidaritas dan komitmen jangka panjang Norwegia terhadap Ukraina.
Pada Februari 2025, Norwegia juga menyetujui bantuan untuk pembelian gas alam Ukraina, sebagai bagian dari paket bantuan senilai 380 juta euro yang dibiayai oleh Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan. Langkah ini bertujuan memperkuat keamanan energi Ukraina di tengah konflik yang berlangsung.
Meskipun ada seruan untuk meningkatkan penggunaan dana minyak, pemerintah Norwegia tetap berhati-hati dalam melampaui batas pengeluaran 3%. Menteri Keuangan Jens Stoltenberg menekankan bahwa melampaui batas tersebut sebaiknya dilakukan hanya dalam situasi krisis. Namun, ada preseden untuk melampaui batas ini, seperti selama pandemi COVID-19 dan krisis keuangan 2008.
Perdebatan mengenai penggunaan dana minyak Norwegia mencerminkan dilema antara menjaga kebijakan fiskal yang konservatif dan memenuhi tuntutan moral serta geopolitik untuk mendukung Ukraina. Dengan surplus pendapatan energi yang signifikan, Norwegia berada dalam posisi unik untuk memberikan kontribusi yang lebih besar. Keputusan akhir akan bergantung pada keseimbangan antara kepentingan nasional dan tanggung jawab global dalam menghadapi krisis internasional.